Opal di Indonesia disebut dengan KALIMAYA,
penghasil opal terbesar adalah Australia, Penghasil opal Indonesia
adalah Provinsi Banten. Opal (SiO2H2O) adalah bentuk amorphous dari
silikat kwarsa dalam golongan mineraloid, dan bukan batu mineral. Dari
Berat totalnya, sebesar 3% hingga 21% adalah air, tetapi umumnya hanya
antara 6% hingga 10%. Opal terbentuk pada suhu yang relatif rendah dan
ada di retakan setiap jenis batuan, secara umum ditemukan bersamaan
dengan limonit, batu pasir, riolit, marl dan basal. 97% pasokan opal
dunia berasal dari Australia yang merupakan batu nasionalnya.
Struktur opal membuatnya mampu menyebarkan cahaya; tergantung kondisi
tempat terbentuknya yang membuatnya dapat memunculkan berbagai warna.
Warna opal bervariasi mulai dari jernih (bening) sampai putih, abu-abu,
merah, jingga, kuning, hijau, biru, magenta, mawar, slat, zaitun,
cokelat, dan hitam. Dari warna-warna tersebut, merah dan hitam adalah
yang paling langka, sementara putih dan hijau sangat umum. Opal juga
bervariasi dalam kepadatan optiknya mulai dari opaque (tidak tembus
cahaya) hingga semi-transparan.
Bagaimana opal terbentuk, menurut geologi?
Penjelasan sederhananya adalah opal terbentuk dari larutan
silikon-dioksida dan air. Saat air mengalir ke dalam bumi, air ini
membawa silika dari batu pasir, dan membawa larutan yang kaya akan
silika ke dalam retakan batuan dan terjebak di dalamnya akibat lipatan
bumi atau pelapukan fosil. Pada saat air yang membawa silika tersebut
habis akan meninggalkan cadangan (deposit) silika, hal ini terjadi
berulang-ulang selama jutaan tahun hingga opal terbentuk.
Penjelasan lengkap:
Kadangkala ketika kondisi ideal terbentuk, butiran silika, larutan yang
kaya mengandung silika dan terus mengalir ke dalam bumi akibat pengaruh
gravitasi bumi hingga membentuk lapisan demi lapisan silika. Larutan ini
dipercayai memiliki tingkat ketebalan 1 cm dalam jangka waktu 5 juta
tahun di kedalaman 40 meter di bawah tanah.
Setiap ladang tambang opal atau tempat terjadinya opal harus
menyediakan tempat, ruang, atau pori-pori (jauh dalam tanah) untuk dapat
membentuk lapisan-lapisan silika yang selanjutnya membentuk opal. Pada
batuan vulkanis (hasil gunung api) silika ini mengisi rekahan atau
lubang-lubang pada batuan endapan yang diakibatkan oleh pelapukan
batuan.
Sebagian besar deposit (cadangan) opal tidaklah begitu berharga,
dalam dunia batu mulia (gemstone), opal ini disebut ‘potch’ oleh para
penambangnya, atau disebut ‘common opal’ oleh para gemologist. Silika
opaline tidak hanya mengisi ruang-ruang (pori-pori) dalam tanah tetapi
juga mengisi ruang antara batuan yang satu dengan yang lain sehingga
membentuk matriks. Jadi, penamaan opal ternyata berdasarkan proses
terbentuknya opal itu sendiri jauh di dalam tanah.
Variasi terbentuknya opal inilah yang membuat berbagai varian opal
dan akan tergantung pada sejumlah faktor. Cuaca kering dan basah juga
mempengaruhi terbawanya larutan silika ke dalam tanah hingga membentuk
opal dalam jangka waktu yang sangat lama (jutaan tahun). Sedangkan
silika itu sendiri dihasilkan baik dari aktivitas vulkanis atau karena
pelapukan sedimen jaman ‘Cretaceous’ dan kedua proses alam ini dapat
menghasilkan silika dan kaolin seperti yang terlihat di tambang-tambang
opal Australia. Kondisi tertentu yang dapat memperlambat aliran air yang
mengandung larutan silika sehingga menciptakan situasi tertentu dalam
tanah dan membentuk varian opal lainnya.
Kondisi yang berhubungan dengan proses kimia masih diselidiki apakah
mempengaruhi terbentuknya opal di dalam tanah, ada yang menduga
butiran-butiran silika yang terbentuk kemungkinan dihasilkan oleh
aktivitas mikroba.
Picture Credit : Crystals Minerals Gemstones Fossils Rocks
Sumber Artikel : https://www.facebook.com/IndonesianGemstones/posts/1545597442348953
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar